Sebagian wilayah di Asia termasuk Indonesia dilanda cuaca panas yang ekstem hingga menimbulkan korban jiwa. Fenomena suhu panas ini salah satunya dipicu oleh dinamika atmosfer yang tidak biasa, yakni gerak semu matahari atau seolah matahari naik ke utara dan turun ke selatan.
Hal itu ditandai dengan intensitas maksimum radiasi matahari atau tanpa ada awan penghalang. Bahkan, di Indonesia keadaan itu ditambah dengan adanya dominasi monsun Australia yang menandakan masuknya musim kemarau.
Beberapa negara Asia mencatat rekor suhu panas paling tinggi yang pernah terjadi. Seperti di Kusthia, Bangladesh mencatat suhu terpanas sejak 58 tahun terakhir, yakni 52 derajat celcius pada 15 April 2023.
Kemudian Chauk, Myanmar mencatat suhu panas 45,5 derajat celcius dan sejumlah kota di India juga melaporkan cuaca panas ekstrem mencapai 45 derajat celcius.
Begitupun dengan Thailand yang mencatat suhu 44,6 derajat celcius bahkan hingga akhir pekan ini warga di Thailand diminta untuk menghindari aktivitas di luar ruangan, karena suhu itu bisa meningkat hingga 50 derajat celcius.
Ahli iklim dan sejarawan cuaca bahkan menyebut ini merupakan gelombang panas terburuk dalam sejarah Asia. Heatwave bahkan sudah merenggut korban jiwa, seperti 13 orang di India.
Pemerintah setempat pun mengambil langkah antisipasi dengan menutup sekolah dan meminta tidak ada aktivitas di luar ruang.
Namun, BMKG mengimbau agar masyarakat tidak panik, karena suhu tinggi di wilayah Indonesia kini sudah mulai turun.
Suhu panas maksimum bervariasi yakni 34 hingga 36 derajat celcius atau dalam kisaran normal klimatologi dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. BMKG mengingatkan agar masyarakat menggunakan sunblock dan menghindari aktivitas luar ruang, saat kondisi panas terik serta konsumsi air putih yang cukup.